Pertama aku mengenal dunia ini karena orang tuaku, yang selama ini membesarkanku, merawat dan mendidikku hingga saat ini. Aku tak pernah tahu kalau aku dan keluargaku yang lain diciptakan berbeda, berbeda dalam sifat dan kelakuan ataupun bahasa dan tutur kata kami sangat berbeda. Walaupun pernah aku coba untuk mengikuti kakakku ngomong atau melakukan sesuatu tapi tetap saja aku tidak bisa, bisa untuk mengatakan yang bukan kehendak hatiku. Saudaraku sendiri ada lima, ya terlihat banyak kan? Ya namanya juga orang desa, hidup dalam suasana desa yang jauh dari informasi dan perkotaan dimana kita bisa mengakses jalur internet untuk mengetahui keadaan diluar sana, bahkan keadaan didunia yang saat ini semakin maju kualitas tekhnologinya. Semenjak aku kecil dulu aku jarang yang namanya meminta sesuatu yang amat sangat berlebihan, yang aku ingat sampai saat ini ya ketika aku harus mematuhi semua omongan dan aturan yang ada, orang tuaku tidak pernah memaksa aku dalam hal yang membuatku tertekan, hanya kadang aku merasa nggak setuju akan apa yang mereka sampaikan.
Bukan masalah karena aku ingin hidup sendiri, tapi lebih karena aku ingin menjadi diriku sendiri, seseorang yang tidak pernah mengeluh dengan keadaan disekitarnya, keadaan yang tak pernah aku tahu sebelumnya akan seperti apa. Saudaraku tidak pernah mengerti kalau aku punya masalah, yang mereka tahu hanyalah aku anak yang tidak pernah melawan ataupun berontak kepada orang tua, dan selalu menghormati mereka sebagai saudaraku. Mbaku adalah orang yang pertama kali mengetahui aku, karena sikapku, sikap yang membawaku kepada jalan hidupku, walaupun dia tidak pernah tahu kalau aku sebenarnya tidak suka dengan caranya menyanjungku dan memujiku. Satu dengan yang lain dari dulu nggak pernah akur, walaupun didepan mereka senyum dan tertawa, dibelakang mereka saling mencaci itulah yang membuatku tidak suka dan merasa heran kenapa semua ini terjadi, perbedaan yang membuat kami semakin jauh satu sama lain, saudara tapi Nampak seperti musuh dalam selimut yang bisa saja langsung menikam dan menjatuhkan diri mereka sendiri. Satu mungkin karena iri hati sehingga itu tumbuh menjadi dengki yang seharusnya tidak terjadi, terjadi pada mereka saudaraku yang sampai kapanpun akan menjadi seperti itu. Aku hanya mau mereka membuang semua rasa itu, rasa yang selamanya hilang dan tidak pernah akan muncul lagi. Doa yang selalu aku panjatkan kepada sang Ilahi, yang setiap hari, setiap waktu aku ingin melihat mereka berubah.
Mungkin bagi sebagian besar orang, aku terlihat bahagia karena tidak pernah terlihat sedih, ataupun murung gara – gara sesuatu yang menjadi pikiranku tiap malam. Pikiran yang seharusnya tidak pernah ada dalam hidupku, tapi ketika aku menyendiri dan benar – benar sendiri, aku merasa sendirian dan kesepian seakan dunia bukan tempatku lagi untuk berjalan dan seakan pula langkahku terseok – seok tiada tentu arah. Aku bingung dengan keadaanku keadaan keluargaku yang semakin lama bukan semakin membaik malah parah dan tiada berujung. Bukan maksud aku melebih – lebihkan atau apa, hanya karena itu semua kami yang dibesarkan bersama, dengan susu ibuku yang sama tidak mampu menjadi satu bagian sepenuhnya, dengan alasan perbedaan dalam setiap jiwa anak yang tidak semua orang sama dalam satu keluarga. Paling tidak aku bahagia dengan keadaanku sendiri, hanya saja apakah itu sudah cukup untuk membuatku tersenyum dan tertawa, aku rasa tidak. Aku harus berusaha keras mencari kebahagianku sendiri, yang tidak mungkin aku ambil dari orang lain, palagi sahabatku sendiri. Waktu berjalanpun sangat cepat, yang membuatku terkadang lelah untuk melangkah, langkah yang pasti dan itupula tujuanku selama ini. Aku tau Tuhan hanya memberikan kehidupan satu kali, satu kali dalam seumur hidupku yang ku sendiri sadari sampai kapan aku akan hidup. Dalam masanya dimana aku harus memilih jalan hidupku sendiri tanpa sangkut paut dari orang tuaku yang terkadang membuatku kesal dan menyesal, kalau – kalau aku tidak menjadi anak yang patuh, tapi itu semua ku lakukan karena aku ingin dewasa. Dewasa dalam arti yang sesungguhnya, mandiri, kuat dan sabar dalam menjalani setiap jengkal kehidupan dimanapun aku berada. Itulah sebabnya aku memutuskan berdiri diatas jalanku sendiri, jalan yang selama ini sudah membawaku kepada lembar jawaban yang harus segera aku isi untuk memenuhi semangatku.
Aku tak pernah tahu mau sampai kapan, aku harus bertahan, yang jelas sampai kapanpun, sejarah akan membuktikan bahwa aku tidak menyerah dengan keadaan yang menimpaku, keadaan yang terkadang menjadi boomerang buat diriku sendiri. Dalam hitungan detik saja, waktu bisa merubahku jadi orang jahat dan tidak berguna. Hanya satu keyakinanku berjalan lurus dan penuh arti mungkin akan membuatku semakin tahu alasan kenapa orang bisa berlama – lama menjadi dirinya sendiri, tanpa harus memperdulikan orang disekitarnya. Menjadi keluarga tidak membuat kami rukun, yang ada hanya pertengkaran dan pertikaian, walau hanya dalam hati, paling tidak itu sudah menggambarkan suatu hal buruk akan terjadi. Saling mencela dan mencaci maki dibelakang, nah itu yang seirng aku dengar, kadang aku bosan dan ingin rasanya lari sejauh mungkin meninggalkan dunia ini hingga tiada lagi yang mengenaliku. Tapi apakah aku sanggup, pergi sehari saja membuatku tersiksa, palagi aku harus berjauhan lama sampai bertahun – tahun, aku rasa aku harus mencobanya. Jika kesempatan itu datang aku akan pergi dan mengenal dunia baru untuk sementara, itulah impianku selama ini. Mungkin hanya dengan itu aku bisa membahagiakan diriku sendiri dan orang tuaku yang selama ini mendambakan anaknya jadi orang sukses, tidak untuk mengecewakan mereka seperti apa yang telah dilakukan olah saudaraku yang lain, aku tahu dalam hati mereka kecewa dan menangis melihat anak – anaknya keluar dari harapan mereka.
Semakin lama rasa itu semakin menggebu dalam jiwaku, jiwa yang selama ini rindu akan kasih sayang alam, alami yang nantinya akan membawaku pada lembah kehidupan. Seandainya aku tegas dan mampu melawan, mungkin sudah dari dulu aku menganggap saudaraku musuh. Itulah yang terjadi padaku dan adikku sendiri, selisih 2 tahun membuat kami sering beda pendapat, adu argument. Sempat terlintas dalam pikiranku, kenapa dia tidak mati saja atau pergi sejauh mungkin sehingga aku tidak akan pernah mengenalnya lagi apalagi menemuinya, pikiran yang jahat itu datang ketika aku sudah tidak tahan melihat kelakuanya yang menjengkelkan dan menyebalkan, membuatku marah, kecewa dan menangis untuk membayangkan kenapa aku harus punya saudara seperti dia. Tidak menghormati, menghargai jerih payah orang tua yang selama ini memberikan apapun yang dia minta bahkan dengan segenap jiwa dan raga supaya anak – anaknya tidak kekurangan satu apapun. Yang bikin aku tambah marah ketika mengetahui, dia berani berkata seenaknya, kasar, membentak kepada mereka yang seharusnya kata saying dan sanjungan diberikan untuk kedua orang tua, betapa aku ingin sekali melihat dia mati sekarang juga. Aku tidak perduli siapa dia, yang jelas dia sudah membuat bapak dan ibu menangis untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aku tidak tega melihatnya, aku nggak kuat melihat itu semua, melihat betapa sungguh kasihannya orang tuaku memiliki anak durhaka seperti dia.
Bahkan setiap kali meminta dengan paksaan dan amarah yang kalau tidak dipenuhi, membanting dan merusak ahal – hal disekitarnya, hal itu membuatku takut dan benci setengah mati sama dia. Tapi perlahan aku mulai berpikir bahwa kebencian yang aku timbulkan tidak merubah apapun, toh aku tidak bisa berbuat apapun, hanya bisa diam dan marag pada diriku sendiri ketika menyaksikan orang tuaku hancur, dan air mata yang selama ini aku tahan jatuh tak terhenti deras, seakan sudah bertahun – tahun tidak keluar. Aku heran pada diriku sendiri, kenapa kau tidak bisa berbuat apa – apa menyaksikan kejadian itu. Dulu pernah ketika aku menjebak adikku sendiri dengan uang ayahku tentunya, dengan cara seperti itu mungkin akan menyadarkan dia, tapi buktiknya tidak sama sekali bahkan ancaman bunuh diri yang dia keluarkan sangat memukul hati ayahku dan membuatnya menangis sesenggukan, dan aku, aku apa yang aku lakukan hanya berteriak ,silahkan saja, aku malah senang kalau kau mati. Betapa kejamnya aku saat itu, pikiran jahatku yang menguasaiku, yang membuatku tega berkata keji karena kecewa dan dengki padanya. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa, diam itu yang biasa menjadi pilihanku sendiri begitu pula dengan kakakku yang seakan tidak mau tahu apa yang sedang terjadi. Hatiku hancur dan miris membayangkan itu semua, tidak pernah membayangkan kalau akan terjadi seperti ini. Apa yang aku harus lakukan, ku perbuat, aku tertekan, jiwaku terpenjara dan terbelenggu oleh ketidakmampuanku. Aku tak tega melihat kedua orang tuaku sedih dan meratapi nasib anaknya yang kurang ngajar dan tidak sama sekali menghormatinya. Seandainya aku bisa memutar dunia ini dan membalikannya sekehendak hatiku, mungkin itu tidak akan terjadi, tidak akan pernah aku ijinkan dia untuk menjadi durhaka dan tidak tahu diri, bikin malu keluarga dan semua perbuatan yang tidak layak dia nampakkan sebagai seorang saudara. Tidak akan pernah………
Ketika aku SMP dulu aku masih ingat betapa aku sering sekali rebutan masalah apapun dengan adikku, ujung – ujungnya aku yang harus mengalah. Walaupun dalam hatiku mengatakan tidak, aku memberikannya, dengan keterpaksaan tentunya yang dibuat untuk menyenangkan dan membuat dia puas. Setelah lama kelamaan kurasakan aku bosan harus selalu mengalah dan inilah saatnya aku memberontak, berpikir lagi sesaat kemudian tidak akan membuatku merasa lebih baik bahkan sebaliknya, aku jauh lebih tersiksa karenanya. Ku beranjak remaja dan merasakan hal yang mungkin butuh diakui oleh orang tuaku kalau aku tidak sama dengan yang lain, aku mulai menyadari betapa berharganya hidupku. Kalau aku sia – siakan dan tidak pernah aku rawat mungkin aku menjadi mayat hidup yang berjalan tiada arah dan tanpa tujuan. Semua masalah itu hilang dengan sendirinya, tapi buat aku sampai kapanpun aku akan selalu ingat dengan kejadian malam tempo dulu yang membuat detak jantungku berdetak kencang, adikku boleh saja tenang saja dan meras tidak nyaman. Ni ru tahap pertama nanti aku akan lanjutankan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar